Sejarah Desa

Menurut Cerita orang tua pada sekitar abad ke 14, Malongpong dahulu itu masih merupakan sebuah hutan belantara yang sangat lebat serta memiliki ciri-ciri tanah yang subur karena tumbuhan hidup dengan subur dan hutanpun sangat lebat.

Di tempat itu sudah berpenghuni (sebagai penduduk asli) dan ditambah beberapa orang sebagai pendatang dari lain daerah.

Mereka hidup rukun dibawah pimpinan Tirta Kalangun,

Bersama Tirta Kalangun mereka membuka hutan , untuk membuat tempat tinggal, supaya terhindar dari binatang buas. Mereka sudah pandai bercocok tanam, seperti berhuma, berladang, memburu binatang, dan lain sebagainya.

Pada suatu waktu Tirta Kalangun sedang menggarap ladang , beserta keluarganya mereka mencium bau mayat orang yang tidak tahu siapa namanya, setelah diselidiki ternyata pada paha mayat orang tersebut terdapat luka menganga/tersempong mungkin karna tangkapan  Harimau, selanjutnya mayat itu dikuburkan oleh Tirta Kalangun dan untuk mengingat nama dan tempat pekuburan orang tersebut maka diberi nama SEMPONG, yang berasal dari kata tersempong pahanya.( Sekarang menjadi Buyut Sempong).        

Riwayat Desa Malongpong tidak terlepas dari rangkaian sebuah cerita dari Kerajaan Mataram pada jaman Mataram Islam. Hal itu dimana merupakan sebab-sebab masuknya Agama Islam dan lahirnya sebuah Desa yaitu Desa Malongpong.

Konon ketika Raja Mataram hendak  menundukkan Kerajaan Talaga, dimana pada waktu itu,kerajaan Talaga atau sebutan lain Talaga Tumenggung dipimpin oleh seorang Raja yang bernama Aria saringsingan, yang gagah berani,pertahanan negaranya sangat kuat serta dalam keadaan subur makmur,dan mereka menganut Agama Budha.

Ceritanya  di Negara Mataram pada waktu itu akan diadakan SEBA yaitu berkumpulnya Raja-raja dan senopati-senopati yang ada dibawah kekuasaan  Raja Mataram.

Pada suatu hari yang telah ditentukan berkumpulah semua undangan dari berbagai Kerajaan termasuk Aria Saringsingan, yang sengaja datang memenuhi undangan sang Raja, meskipun dalam hatinya tidak mau lagi tunduk dibawah kekuasaan  Kerajaan Mataram, bahkan dalam kesempatan itu dia akan berbuat curang terhadap diri Raja Mataram.

Menjelang persidangan akan tiba dihari pembukaan, dimana Raja Mataram masih tertidur nyenyak, disitulah Aria Saringsingan mencukur kumis sang Raja, dengan tidak terasa olehnya, setelah menjalankan aksinya kemudian aria Saringsingan kabur meninggalkan keraton kerajaan.

Tanpa merasakan apa-apa kemudian Raja bangun dari tidurnya, dan alangkah terkejutnya sang Permaesuri melihat kumis suaminya, kemudian memberi tahu kepada Raja bahwa kumis Raja tinggal sebelah.

Raja Mataram sangat marah mendengar kata-kata sang Permaesuri, dan benar-benar murka, karena Raja telah merasa terhina oleh yang melakukannya kemudian sang Raja bersemedi seraya meminta petunjuk sang hyang widi, siapa orang yang telah berani menghina dirinya …???? dan mengancam kepada yang berbuat curang tersebut akan dipenggal kepalanya. Terdengarlah suara tanpa rupa sebagai wangsit seolah memberi tahu kepada Raja bahwa yang mencukur kumis sang Raja dikala tidur tiada lain adalah Aria Saringsingan.

Dengan demikian keadaan menjadi kacau balau, Sang Raja mengintruksikan agar Seba dibatalkan dan terhadap 40 0rang Senopati dan sejumlah hulu balang untuk menangkap Aria Saringsingan, dengan disertai ancaman bagi mereka kalau tidak dapat menangkap Aria Saringsingan hidup atau mati, maka mereka dikenakan hukuman mati, dan barang siapa yang berhasil menangkap Aria Saringsingan akan diberi imbalan hadiah berupa kepingan emas dan kenaikan jabatan.

Maka berangkatlah para senopati, hulubalang dan prajurit mataram mencari Aria Saringsingan, mereka dengan disertai berbagai macam perasaan mengingat tugas mereka sangat berat.

Sementara itu, Aria Saringsingan tak merasa takut walaupun berpuluh-puluh banyaknya yang mengepung dan mengejarnya, sampai dimanapun Aria Saringsingan tidak tertangkap karena ia dapat menghilang dengan kesaktiannya. Putus asalah mereka yang mengejar Aria Saringsingan karena sangat sulit untuk menangkapnya, sehingga mereka tidak mau kembali lagi ke Mataram karena takut akan hukuman sang Raja yang masih terngiang di telinga mereka.

Diantara mereka yang mengejar Aria Saringsingan adalah Sangperbuanata dia tidak berputus asa dalam pengejarannya namun ketika tiba di suatu Bukit, Dia merasa kelelahan dan akhirnya beristirahat sambil memperhatikan perjalanan yang ditempuh Aria Saringsingan dari Mataram yang kelihatan menuju daerah hutan yang lebat yaitu daerah yang ditempati/dihuni oleh Tirta Kalangun (Desa Malongpong sekarang ini).

Dari tempat Sangperbuanata beritirahat untuk melepas lelah (sekarang Desa Malongpong), Aria Saringsingan kelihatan berjalan lurus ke arah barat dengan tiada penghalang sesuatu apaun dan akhirnya dia kelihatan berhenti di depan sebuah anak bukit yang terdapat di ujung lembah hutan belantara kemudian menghilang.

Di sana Sangperbuanata kehilangan jejak dalam pengejarannya dan tidak lagi melihat kemana perginya Aria Saringsingan?

Maka kesimpulannya jejak perjalanan yang dilalui Aria Saringsingan walaupun melewati hutan belantara, secara jelas dapat dilihat seperti melewati sebuah jalan yang lurus tanpa suatu penghalang (Molongpong) dan jelas juga oleh Sangperbuanata, di sebuah anak bukit, Aria Saringsingan menghilang/Silam tiada kelihatan lagi.

Akhirnya sampai sekarang tempat beristirahatnya Sangperbuanata itu bernama Desa Malongpong, berasal dari kata Molongpong ( yaitu diambil dari jejak perjalanan Aria Saringsingan yang jelas kelihatan berjalan lurus menuju sebuah anak bukit yang dikenal dengan sebutan pasileman).

Dan sampai sekarang juga di ujung barat Desa Malongpong terdapat sebuah anak Bukit yang bernama Bukit Pasileman yang berasal dari Panyileman/tempat menghilangnya Aria Saringsingan.

Konon bukit/tanah pasileman itu masih sangat angker dan tidak ditanami pohon/tanaman apapun juga tidak boleh dimiliki oleh seorangpun/siapapun sebab nanti akan ada akibatnya yang membahayakan.

Sangperbuanata berjalan mengikuti jejak perjalanan Aria Saringsingan, dan sebelum tiba di bukit kecil itu beliau bertemu dengan sekelompok orang yang bertempat tinggal dan telah menetap di sana, mereka dipimpin oleh seorang yang bernama Tirta Kalangun,

Sang Perbuanata menceritakan kisah perjalanannya dari sejak awal sampai kini berada di tengah-tengah mereka. Kedatangan Sang Perbuanata diterima dengan tangan terbuka oleh sekelompok penduduk itu.

Dengan budi pekerti yang baik disertai ilmu pengetahuan yang luas maka Sang Perbuanata selalu dituruti dan dihormati oleh penduduk itu, sehingga dengan kedatangan Sang Perbuanata terjadilah perubahan sosial yang membawa misi kebudayaan baru.

Kemudian Sangperbuanata memberi nama kepada wilayah itu dengan Nama Malongpong yang berasal dari kata Molongpong. Yang tidak terlepas dari riwayat perjalanan Aria Saringsingan mulai dari Mataram sampai berakhir dengan menghilangnya Aria Saringsingan di sebuah bukit Pasileman, sangat jelas terlihat oleh Sangperbuanata, Molongpong….

akhirnya merekapun bersepakat kepada nama yang diberikan Sangperbuanata itu.

Setelah Tirta Kalangun meninggal dunia yang menjadi ketua di kampung Malongpong itu ialah Sangperbuanata yang alim dan sholeh serta telah maju dibidang pengetahuan kemasyarakatannya sehingga penduduk itu betul-betul taat terhadap agamanya dan taat terhadap Pemerintahannya. Dan dibawah pemerintahan Sangperbuanata Malongpong terus berkembang menjadi sebuah Desa yang banyak membawa perubahan baik bidang pembangunan, kemasyarakatan dan Agama.

Begitulah Asal usul Desa Malongpong, jadi kesimpulanya yang dianggap sebagai Pendiri Desa Malongpong adalah  :

  1. Embah Buyut Tirta Kalangun (penduduk asli)
  2. Embah Buyut Sang Perbuanata (Pendatang dari Mataram)
  3. Embah Buyut Sempong (tidak dikenal)

Keterangan selanjutnya yang menjadi ketua Kampung setelah Embah Buyut Sang Perbuanata sampai sekarang tidak diketahui karena kisah ini hanya merupakan cerita rakyat atau dongengan dari mulut ke mulut.

Scroll to Top